Kamis, 31 Januari 2013

CERDASA


PUJANGGA SAKTI  DI ERA MILENIUM 
  Alkisah di suatu desa terpencil tepatnya di sebelah barat lereng gunung paras,wilayah utara gunung condong, berdekatan dengan lereng bukit pager jawa dan tepat di bawah  bukit gajah putih, hiduplah  seorang pujangga muda, berperawakan  pethikel, berambut lurus cepak, gemuk dan hitam.
   Konon cerita dari mulut ke mulut dia adalah orang sakti mandraguna. Oh…mbah ghofur itu to, kata  kurdi si tukang kayu yang rumahnya tak jauh dari pujangga muda yang sakti mandraguna itu. Benar itu kalau dia itu orangnya memang hebat, la wong kemarin saja saya menyaksikan sendiri kalau ada tetanggaku yang kerasukan setan cuma diludahi sama mbah ghofur langsung sepontan sembuh, padahal sudah beberapa sesepuh didatangkan untuk ngobatin mbok salem tetap saja ga bisa sembuh. Eh si mas ini mau ketemu dia? Tanya ki wasta yang sedang duduk bersama kurdi. 
   Kalau mau ketemu dia itu gampang mas, tapi harus tau jadwalnya. Soalnya beliau tidak tentu dirumah, banyak sekali tamunya mas..,biasanya yang ngurusi tamu itu kang soleh tangan kanannya yang sekaligus ponakan iparnya sendiri. Betul mas, kalau mau ketemu sama mbah ghofur itu harus ada janjian dulu, kata kang mantawi nyambung pembicaraan. Kang soleh itu orangnya sopan dan ramah ko, ketemu saja dulu sama dia biar nanti dikasih jadwalnya. 
   Hatiku semakin penasaran ingin ketemu pujangga muda itu, rasa-rasanya orang itu ko hebat benar ya? Gumam dalam hatiku. Ya udah bapak-bapak saya permisi dulu. Belum sampai saya melangkahkan kakiku, tiba2 ada ibu-ibu membawa kayu bakar dari hutan menyapaku, mas ini kelihatannya orang baru di desa ini ya? Pasti mau kerumah mbah ghofur ya? Itu rumahnya mas yang besar dan bagus catnya warna hijau daun, yang pintu gerbangnya ada gambar burung garuda mencengkram bamboo bertuliskan manungso utomo. Kata nini merta sambil mengacungkan jarinya kearah rumah mbah ghofur itu. 
  Belum sempat saya menjawab sapaan nini merta terdengar dibalik rumah sederhana ada orang ikut nimbrung, mas kalau mau ketemu mbah ghofur titip salam ya, biar nanti saya dapat berkah ilmunya. Ah kamu ini ikut-ikutan saja lot, bukan berkah ilmunya tapi berkah duitnya. Serkah nini merta kepada yu bolot yang biasanya dikasih duit sama mbah ghofur. Hatiku semakin tertegun penasaran, ternyata nama mbah ghofur yang saya kenal dari beberapa cerita bahwa dia itu orang sakti mandraguna, beliau juga seorang dermawan yang suka menolong orang miskin.memang luar biasa. 
    Belum saya ketemu langsung dengan mbah ghofur terasa badan ini merinding dibuatnya, apalagi kalau sudah sampai ketemu bagaimana nanti ceritanya. Saya jadi teringat kanjeng nabi yang pernah memberikan sabdanya “ tidak termasuk golongan orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir kalau tetangganya tidak merasa nyaman dengan keberadaan diri kita. Mbah ghofur benar-benar mencontoh hadis nabi, seperjalananku sampai kerumah mbah ghofur belum pernah saya temukan orang yang menjelek-jelekkan mbah ghofur. Ya udah bu, pak terima kasih atas petunjuknya. Assalamu’alaikum….wa’alaikumussalam ….jawab orang-orang yang sedang duduk-duduk itu.
    Kakiku terus melangkah kearah rumah besar yang ditunjukkan orang-orang tersebut. Sesampainya di pintu gerbang hatiku terasa berdesir seolah-olah ada aura energy yang luar biasa memancar dirumah itu. Hawa mistis atau ada kekuatan lain yang tak dapat terungkap oleh panca indra orang awam seperti saya ini. Yang jelas Nampak begitu kuatnya daya energy alam atau memang kekuatan spiritual dari mbah ghofur itu yang luar biasa terasa sampai kerelung hatiku yang paling dalam. Andaikata saya gambarkan seolah tubuh ini terasa menggigil dan hendak terpental ketika saya akan  memencet tombol bel yang ada dipintu gerbang rumah mbah ghofur. Belum sampai tangan ini menyentuh bel itu, tiba-tiba kudengar suara menggema begitu berwibawa, bagaikan suara gemuruh tapi begitu jelas terdengar di telingku. Masuklah nakmas…, bel itu hanya perlambang, kalau mau masuk cukup dengan niat baik saja. 
   Duniaku seolah dalam perfileman. Antara percaya dan tidak, tapi kenyataannya memang seperti itu. Akhirnya saya beranikan untuk membuka pintu gerbang yang ada di depanku. Lagi-lagi hati terhentak seakan tak percaya. Ternyata pintu gerbang itu membuka sendiri dan bisa berbicara “monggo silahkan masuk tamunya Alloh yang baik hati. Wau…benar-benar hebat mbah ghofur, ini baru pintu gerbangnya sudah sehebat ini, apalagi mbah ghofurnya. Hatiku semakin mantap dan yakin bahwa saya akan ditemukan dengan orang yang luar biasa. Setelah pintu gerbang terbuka lebar, pelan-pelan kaki kulangkahkan menuju pintu rumah mbah ghofur. Mataku tak mampu menatap pintu rumah mbah ghofur, bukan masalah apa-apa, tetapi ternyata jalan menuju pintu rumah mbah ghofur itu terbuat dari intan dan emas permata yang tembus pandang, dan di bawah jalan menuju rumah mbah ghofur ada banyak sekali ikan hias seolah menghipnotis pandanganku untuk selalu menatap kebawah jalan itu yang ada panorama indah yang sampai saat ini baru saya lihat. 
    Dan anehnya lagi setiap saya langkahkan kakiku terdengar ada suara dzikir subhanalloh, walhamdulilah, allohu akbar. Hatiku semakin terheran-heran, karena sesampainya didepan pintu rumah mbah ghofur tubuhku terasa begitu nyaman dan terasa sehat sekali, apa yang saya rasakan belum pernah saya merasakannya senikmat dan sesehat hari itu. Nakmas…sudah sampai, hati terkejutkan oleh suara tanpa ujud. Astaghfirullohal’adzim…dimanakah sebenarnya saya ini? Seakan hidupku berada di dunia lain. Ternyata saya sudah sampai di depan pintu rumah mbah ghofur. Mataku tambah terbelalak memandangi pintu yang begitu indah, ukir-ukiran arab campur jawa dan china melekat indah dipintu rumah masuk mbah ghofur. Tralisnya terbuat dari pernak-pernik mutiara yang begitu menarik pandangan mata.
    Dalam hati saya bergumam, ko bisa ya di desa yang terpencil seperti ini ada istana kecil yang mirip dengan kerajaan sulaiman saat itu. Hatiku pun terus bergumam sendirian sambil melangkahkan kakiku mendekati desain pintu indah itu, niat hati hendak mengucapkan salam namun belum sampai terucap tiba-tiba ada suara halus namun menyentuh kalbuku. Wa’alaikumussalam….masuk saja nakmas…simbah telah menunggu sedari tadi. Pintu itupun membuka dengan sendirinya seperti yang terbersit dalam hatiku sebelumnya. Kalau pintu gerbang saja sudah membuatku tercengang apalagi pintu masuk rumah sudah pasti lebih dahsyat lagi, kata dalam hatiku. Ruang tamu yang ternyata Nampak sunyi sengang terlihat dari luar, ternyata diluar dugaanku, pantas saja orang-orang yang saya jumpai diluar tadi membicarakan tamunya mbah ghofur banyak sekali yang hendak  berkonsultasi sama beliau  dengan segala problematikanya atau sekedar ingin membuktikan cerita banyak orang, seperti niat awalku untuk membuktikan kebenaran cerita itu dan sekaligus kalau kebenarannya memang nyata saya pun niat berguru kepada beliau. 
     Di sela-sela banyaknya tamu ada seseorang dengan ciri-ciri kecil agak tinggi berjanggut lebat berparas tampan dan sopan. Apakah ini yang sebut-sebut bernama kang soleh ya? tanya  dalam hatiku. Mas mbah ghofur? Tanya orang di sebelahku, yang mengaku datang dari tanah rencong, namanya abdel. Saya hanya menganggukkan kepala tak menjawab dengan sepatah katapun. Lalu bang abdel sambil menunjuk kea rah orang yang sedang saya pikirkan itu, ndaftar dulu sana mas, sama kang soleh yang ada di kursi depan itu yang pakai baju jas warna kuning itu. Itu tangan kanannya mbah ghofur yang selalu mendampingi simbah kemana beliau pergi dan yang selalu melayani tamu-tamu datang untuk menemui mbah ghofur. Karena kalau tidak ndaftar dulu, nanti sampean ga bisa ketemu saking banyaknya tamu. Nanti sampean dapat kartu antrian, baru sampean nanti nunggu panggilan. 
    Dalam hatiku bertanya ko kaya di bank saja si pakai kartu antrian segala. Oiya bang abdel, terima kasih ya? Setelah saya nunggu agak lumayan baru saya ndaftar antrian kepada kang soleh. Dengan penuh sapa yang ramah kang soleh menyalamiku, apakabar mas?baik jawabku. Nama saya soleh, biasanya orang-orang memanggilku kang soleh,maaf nama mas ini siapa ya? Tanya kang soleh dengan sopan, saya ini mukhlis kang soleh, kebetulan orang-orang di kampong saya biasa memanggil dengan kang mukhlis. Saya dari jauh kang soleh, asal saya dari dukuh karangjambe. Sekitar 40 km dari tempatnya simbah ini. Oooo, lumayan jauh ya? Mohon maaf kalau boleh tau maksud dan tujuan  kang mukhlis datang jauh-jauh dari karangjambe, boleh diceritakan? Biar nanti saya sampaikan sama simbah. Begini kang soleh, saya ini dulu punya temen namanya mendalung dari bukit kemukus, lama sekali saya berpisah. Untuk itu siapa tau mbah ghofur membantu saya menemukan teman saya itu. Kang soleh manggut-manggut mendengarkan cerita saya. Sekedar teman atau ada hubungan family antara kang mukhlis sama mas mendalung itu? Ya kalau diurut-urut si cerita dari mbah buyut saya katanya masih ada hubungan family. Tapi yang jelas dulu ketika sekolah kami selalu bersama sewaktu di SD. 
     Karena kebetulan waktu diSD itu mendalung tinggal di rumah neneknya yang berdekatan dengan rumah saya. Tapi setelah kami lulus SD, kami berpisah dan sampai saat ini belum pernah ketemu sama sekali. Ooo begitu ceritanya. Baiklah, nanti tak sampaikan sama mbah ghofur siapa tau simbah bisa membantu menemukan teman sampean itu. Terima kasih kang soleh..?iya sama-sama. Ini kartu antriannya, mohon tunggu sebentar sambil duduk di kursi sebelah pojok sana masih kosong, dan itu di sana ada sekedar makanan ala kadarnya untuk teman sambil menunggu antrian dipanggil. Monggo kang mukhlis saya persilahkan untuk sabar menunggu kata kang soleh sambil menunjukkan tempat duduk kepada saya. Sampai di tempat duduk, saya dikejutkan lagi dengan suguhan yang ada di meja bundar terbuat dari marmer yang telah dipoles begitu indahnya. 
     Di atas meja marmer itu tersedia begitu banyak makanan dan buah-buahan yang sulit saya ceritakan, karena meja marmer bundar itu ternyata bertingkat-tingkat, setiap raknya bermacam-macam buah-buahan dan makanan dari berbagai daerah. Dan ternyata meja marmer bundar itupun bisa berkelakar sendiri. Monggo mas dinikmati ala kadarnya… Seolah meja itu tau apa yang ada di dalam hatiku, air liurku pun tak terasa mengalir kedalam kerongkonganku. Akhirnya kuberanikan diri untuk menikmati hidangan yang telah tersedia di meja marmer bundar itu. Belum sampai tanganku meraih salah satu makanan diatas meja itu, tiba-tiba terdengar suara tanpa ujud dari meja itu seakan mengingatkanku, “jangan lupa baca doa mas,,,biar berkah”. Ko tau ya kalau saya belum berdoa, wah…memang hebat mbah ghofur itu..,ga hebat gemana, la wong meja saja bisa sehebat itu, apalagi mbah ghofurnya, pasti beliau bukan orang sembarangan.
  Satu jam lewat saya telah menunggu antrianku dipanggil, akhirnya giliranku pun datang,”mas mukhlis,,”,terdengar suara lembut memanggilku dari balik kamar praktik mbah ghofur. Kang soleh ikut menunjukkan kamar itu kepadaku, sembari tersenyum manis mengembang dari bibir kang soleh yang memancarkan aura orang ‘alim, “monggo giliran sampean ketemu sama mbah ghofur, dan tadi sudah saya sampaikan niat sampean sama simbah, kata kang soleh. Saya pun menganggukkan kepalaku seraya mengucapkan  terima kasih sama kang soleh, dengan hati gemetar saya berjalan pelan tapi pasti menuju kamar yang ditunjukkan oleh kang soleh. 
     Setelah saya sampai persis di depan pintu kamar praktik mbah ghofur, saya hendak mengucapkan salam, tapi aneh, belum sampai terucap salam itu, tiba-tiba terdengar suara jawaban dari balik kamar itu, “wa’alaikumussalam….. , monggo kang mukhlis…masuk saja, dan pintu depan saya itu pun seperti pintu-pintu yang lain, artinya pintu itu bisa membuka sendiri. Di dalam kamar praktik mbah ghofur itu hatiku semakin terkagum-kagum, karena ternyata di dalam kamar itu sungguh luar biasa,  aroma semerbak wangi kasturi yang begitu menyentuh hidungku sampai masuk kedalam hatiku. 
    Ukir-ukiran kaligrafi nan-indah menghiasi kamar itu, tampak pula olehku sprink bath yang berselimutkan babut permadani, lampu-lampu indah bernilai seni tinggi menambah suasana lembut nan alami dengan arsitektur jawa islami, bak kamar kedaton dalam satu kerajaan di zaman modern seperti saat ini. Mataku terbelalak seolah sulit rasanya untuk mengerdipkan bola mata ini, terpesona, kagum bercampur heran dalam hatiku. Ko bisa sampai sehebat ini ya mbah ghofur. Belum sampai penasaranku terjawabkan, renunganku tersadarkan oleh sesosok tubuh yang berpakaian serba hitam, mengenakan ikat kepala hitam pelan-pelan  mendekatiku sambil menyapaku dengan lembut,” nakmas ini yang bernama kang mukhlis?tanya orang yang berpakaian serba hitam,  membangunkanku dari keterkagumanku sama mbah ghofur. 
    Saya pun sedikit gagap dalam menjawab pertanyaan orang itu, "i..iya benar mbah…., mbah ini yang bernama mbah ghofur?". Sesaat kami saling pandang, antara kenal dan tidak. Namun, kami seakan tidak saling percaya akan kejadian yang langka ini. Setelah kami saling berpandangan dan mengingat-ingat memori dulu, akhirnya kami pun saling berangkulan erat sekali, tak terasa pipi ini dipenuhi dengan tetesan air mengalir begitu derasnya. Kami pun saling sesenggukan terbuai dengan keharuan yang luar biasa. Lama sekali dekapan mbah ghofur tak bisa kulepaskan dan tangan ini pun terasa bagaikan magnet yang saling mengkait sulit rasanya tuk melepaskan rasa rindu yang sudah sekian taun terkubur dalam-dalam. Dalam keharuanku saat itu, beliau mempersilahkanku duduk.